PAK TUA
JUMAT
masih pagi. Jam di dinding kantor menunjukkan pukul 10.00 Wita, Ini artinya
ruang kerja saya masuk dalam zona merah alias “SIBUK“. Khusus hari ini, status SIBUKNYA
bukan SPESIAL tapi naik ke level ISTIMEWA. Soalnya 4 hari ke depan kami dituntut
untuk sukses menyelenggarakan Bimbingan Teknis di ibukota provinsi . Hal lain
yang membuat sibuk hari ini menjadi ISTIMEWA karena keputusan pimpinan tentang
jadi tidaknya penyelenggaraan acara ini baru ditetapkan pagi ini. Belum lagi besok
kantoran dah pada Libur, kosong satu keluar kota dan bla..bla..bla...pokoknya SIBUK-SIBUK
hari ini ISTIMEWA banget dah kamprettnya. Saking ISTIMEWANYA, saya jadi
keranjingan mengabsen nama-nama binatang dengan tanda !!! sebagai penutup (aaa...uuu...ooo
# tarzanwati kota beraksi )
Di tengah kesibukan ISTIMEWA
ini, tiba-tiba Pak TUA, sang penjual kacang, masuk ke ruangan dengan menenteng keranjang
jajanannya. PAK TUA kemudian menaruh keranjang di atas meja, membuka tutup
keranjang dan tersenyum.Teman-teman pun satu per satu berkerumun di meja dan
mulai memilih kacang kesukaannya, menyerahkan uang 10 ribuan lalu kembali sibuk
dengan tugas masing-masing.
Memang ini bukan kali pertama PAK
TUA menawarkan jajanannya di ruangan, Hampir sekitar setahun, saya dan
teman-teman jadi pelanggan setia Bapak yang usianya mungkin sudah menginjak
70an tahun ini. Namun demikian, tak seperti penjual pada umumnya yang menawarkan
dagangannya dengan mengumbar berpuluh kosatakata dengan kecepatan 3 kata per
detik, PAK TUA yang selalu mengenakan topi
pet berwarna putih ini sangat hemat dalam berkata. Beliau hanya akan masuk ruangan,
membuka tutup keranjang, tersenyum dan berujar “ 10 ribu saja nak “.
Saya dan teman-teman sebisa
mungkin membeli jajanan bapak ini, di mata kami, bapak ini selalu menjadi cermin
untuk tetap bersyukur dan bekerja keras. Bagaimana tidak, PAK TUA berusia 70an tahunan saja masih bekerja keras
kesana kemari menjajakan kacang dengan senyum yang menghiasi wajahnya, masa
kami yang muda-muda ini ( eheeem ) tak pandai mensyukuri pekerjaan yang telah
kami milliki ( maksud bersyukur disini yah yang sepantasnya, bukan bersyukur
buta yang sampai mangut-mangut saja biar kata ditindas pimpinan, MENGERTI !
#kode keras untuk diri sendiri ). Seperti Kak Ochan dan K Sulvi bilang, Orang
berusia lanjut macam PAK TUA ini bekerja untuk menghindarkan diri mereka dari
mengemis, sehingga wajib hukumnya diapresiasi meski kata duit di dompet dah
pas-pas-pas-pasan banget.
Dari cerita yang beredar. PAK
TUA ini dulunya seorang bujang sekolah. Hanya saja karena sebuah sebab,
pekerjaan itu terpaksa ditinggalkan. Untuk menghidupi anak-anaknya yang
kesemuanya menderita “Tuna Rungu = tuli “, PAK TUA terpaksa masih harus bekerja
di usianya yang sudah lanjut dengan menjajakan kacang kesana kemari. Jajanan
Kacang bernilai 10 ribu rupiah per bungkus itu pun kabarnya bukan milik PAK
TUA, beliau hanya membantu memasarkan dan mendapatkan bagi hasil untuk setiap
bungkus yang terjual.Paling tinggi mungkin 3.000 rupiah/bungkus yang didapat
oleh PAK TUA.(Hikz)
Tiap
kali melihat PAK TUA, wajah papi selalu terlintas di benak saya .Syukur tak
terhingga pun terucap dalam hati kepada sang pencipta. Alhamdulillah, papi di
usianya yang ke 60an tahun, ga perlu lagi ke sana kemari mencari selembar dua
lembar uang untuk menghidupi kami dan bisa fokus beribadah dan menikmati hari tuanya. Tiap kali melihat PAK TUA, saya pun
termotivasi untuk bekerja optimal sebagai wujud syukur. Bersyukur masih diberi kesehatan
dan kesempatan untuk bekerja, bersyukur tiap awal bulan menerima penghasilan dengan
jumlah tetap- tidak seperti PAK TUA yang jumlah pemasukannya tak pasti meski dah
berusaha keras sepanjang hari-, bersyukur tak perlu berpanas-panas kesana
kemari. Tak ada yang tahu apa yang terjadi di masa depan. Tak ada jaminan, bila
di masa depan nasib kita tak akan berakhir seperti PAK TUA.
Tiap kali melihat PAK TUA, tak
hanya perasaan syukur yang hadir, rasa marah juga ikut hadir. Bagaimana tidak, di
Usianya yang sepuh, tak seharusnya PAK TUA masih bekerja. NEGARA mestinya
hadir untuk memfasilitasi orang-orang dengan situasi macam PAK TUA yang lanjut
usia dan memiliki tanggungan anak-anaknya yang menderita disabilitas “TUNARUNGU.”
Tapi lagi-lagi, NEGARA gagal hadir dengan cara yang tepat untuk mereka. HIKZ. Irna doakan semoga PAK TUA Sehat selalu dan dimudahkan rejekinya. Semoga dalam waktu singkat, kami selaku Pembantu Negara Selamanya (PNS) bisa berbuat lebih baik , tak sebatas hanya bisa membeli dua tiga bungkus
kacang PAK TUA untuk menutupi rasa bersalah ini
Komentar
Posting Komentar