Sabtu, 19 Maret 2016

Rumah makan Dee Dee



Selasa, 15 Maret 2016 kemarin, saya dan rekan-rekan kantor menuju Makassar untuk melaksanakan kegiatan Bimbingan teknis. Kegiatan ini dilaksanakan di D’Maleo Hotel  yang terletak di Jl. Pelita Makassar. Kami berangkat jam 11 siang. Telat 2 jam dari waktu yang direncanakan. Jam 13.00 Wita, rombongan kami singgah makan siang di sebuah Rumah Makan di Kabupaten Pangkep. Rumah Makan Dee Dee namanya. Rumah makan ini rekomendasi dari Pilli, salah seorang rekan kantor saya.
Kesan pertama saya saat memasuki rumah makan ini adalah bersih dan rapi. Setelah mengambil meja, saya pun menuju ke Kamar kecil. Alhamdulillah, kamar kecilnya juga bersih dan wangi. Jarang-jarang bisa menemukan kamar kecil rumah makan sebersih ini. Seiingat saya, ini kali pertama saya menemukan kamar kecil rumah makan sebersih ini selama bertahun-tahun bolak balik makassar untuk keperluan pribadi maupun kantor.Terlebih mushollah yang disediakan juga bersih dan peralatan sholatnya pun wangi. Nah satu nilai plus lagi buat rumah makan ini adalah mereka menyediakan etalase khusus untuk barang-barang yang ketinggalan, baru kali ini menemukan rumah makan yang menyediakan fasilitas yang begini.
                Pemilik rumah makan ini sepertinya keturunan jawa, soalnya ruang makan banyak dihiasi dengan ornamen-ornamen khas jawa seperti wayang dan lukisan wanita jawa. Menu yang ditawarkan didominasi dengan masakan jawa. Meski demikian menunya sangat bervariasi. Sambalnya juga top. Terkait dengan kebersihan makanan tak perlu diragukan. Saya sempat ngintip dapurnya dan ternyata dapurnya juga super bersih, ga kalah bersih ma kamar mandinya. hehehehe.
Dosen saya pernah bilang kalau ingin melihat kualitas sebuah kampus tengok kebersihan kamar mandi serta kebersihan dan koleksi perpustakaannya, kalau ingin melihat kualitas sebuah rumah, tengok kebersihan kamar mandi dan dapurnya. Nah, berhubung kamar mandi dan dapur rumah makan ini asli bersihnya super maka saya jamin kualitas pengolahan makanannya pun higienis. Pokoknya, buat pelancong yang kelelahan akibat perjalanan,  rumah makan ini macam oase di padang pasir. Asli bisa bikin segar n energi tercharge 100 %  hehehe. Rumah makan dee dee menjadi rest area terbaik yang pernah saya temukan dan menjadi rekomendasi terbaik saya untuk kalian yang melakukan perjalananan menuju atau dari makassar. Terimakasih dee dee untuk istirahat yang menyenangkan. Mari melanjutkan perjalanan.....

Nah, ini hasil kutip-kutip di rumah makan dede. 







Sabtu, 12 Maret 2016

PAK TUA



JUMAT masih pagi. Jam di dinding kantor menunjukkan pukul 10.00 Wita, Ini artinya ruang kerja saya masuk dalam zona merah alias “SIBUK“. Khusus hari ini, status SIBUKNYA bukan SPESIAL tapi naik ke level ISTIMEWA. Soalnya 4 hari ke depan kami dituntut untuk sukses menyelenggarakan Bimbingan Teknis di ibukota provinsi . Hal lain yang membuat sibuk hari ini menjadi ISTIMEWA karena keputusan pimpinan tentang jadi tidaknya penyelenggaraan acara ini baru ditetapkan pagi ini. Belum lagi besok kantoran dah pada Libur, kosong satu keluar kota dan bla..bla..bla...pokoknya SIBUK-SIBUK hari ini ISTIMEWA banget dah kamprettnya. Saking ISTIMEWANYA, saya jadi keranjingan mengabsen nama-nama binatang dengan tanda !!! sebagai penutup (aaa...uuu...ooo #  tarzanwati kota beraksi )
                Di tengah kesibukan ISTIMEWA ini, tiba-tiba Pak TUA, sang penjual kacang, masuk ke ruangan dengan menenteng keranjang jajanannya. PAK TUA kemudian menaruh keranjang di atas meja, membuka tutup keranjang dan tersenyum.Teman-teman pun satu per satu berkerumun di meja dan mulai memilih kacang kesukaannya, menyerahkan uang 10 ribuan lalu kembali sibuk dengan tugas masing-masing.
                Memang ini bukan kali pertama PAK TUA menawarkan jajanannya di ruangan, Hampir sekitar setahun, saya dan teman-teman jadi pelanggan setia Bapak yang usianya mungkin sudah menginjak 70an tahun ini. Namun demikian, tak seperti penjual pada umumnya yang menawarkan dagangannya dengan mengumbar berpuluh kosatakata dengan kecepatan 3 kata per detik,  PAK TUA yang selalu mengenakan topi pet berwarna putih ini sangat hemat dalam berkata. Beliau hanya akan masuk ruangan, membuka tutup keranjang, tersenyum dan berujar “ 10 ribu saja nak “.  





                Saya dan teman-teman sebisa mungkin membeli jajanan bapak ini, di mata kami, bapak ini selalu menjadi cermin untuk tetap bersyukur dan bekerja keras. Bagaimana tidak,  PAK TUA  berusia 70an tahunan saja masih bekerja keras kesana kemari menjajakan kacang dengan senyum yang menghiasi wajahnya, masa kami yang muda-muda ini ( eheeem ) tak pandai mensyukuri pekerjaan yang telah kami milliki ( maksud bersyukur disini yah yang sepantasnya, bukan bersyukur buta yang sampai mangut-mangut saja biar kata ditindas pimpinan, MENGERTI ! #kode keras untuk diri sendiri ). Seperti Kak Ochan dan K Sulvi bilang, Orang berusia lanjut macam PAK TUA ini bekerja untuk menghindarkan diri mereka dari mengemis, sehingga wajib hukumnya diapresiasi meski kata duit di dompet dah pas-pas-pas-pasan banget.
                Dari cerita yang beredar. PAK TUA ini dulunya seorang bujang sekolah. Hanya saja karena sebuah sebab, pekerjaan itu terpaksa ditinggalkan. Untuk menghidupi anak-anaknya yang kesemuanya menderita “Tuna Rungu = tuli “, PAK TUA terpaksa masih harus bekerja di usianya yang sudah lanjut dengan menjajakan kacang kesana kemari. Jajanan Kacang bernilai 10 ribu rupiah per bungkus itu pun kabarnya bukan milik PAK TUA, beliau hanya membantu memasarkan dan mendapatkan bagi hasil untuk setiap bungkus yang terjual.Paling tinggi mungkin 3.000 rupiah/bungkus yang didapat oleh PAK TUA.(Hikz)
                Tiap kali melihat PAK TUA, wajah papi selalu terlintas di benak saya .Syukur tak terhingga pun terucap dalam hati kepada sang pencipta. Alhamdulillah, papi di usianya yang ke 60an tahun, ga perlu lagi ke sana kemari mencari selembar dua lembar uang untuk menghidupi kami dan bisa  fokus beribadah dan menikmati hari tuanya.  Tiap kali melihat PAK TUA, saya pun termotivasi untuk bekerja optimal sebagai wujud syukur. Bersyukur masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk bekerja, bersyukur tiap awal bulan menerima penghasilan dengan jumlah tetap- tidak seperti PAK TUA yang jumlah pemasukannya tak pasti meski dah berusaha keras sepanjang hari-, bersyukur tak perlu berpanas-panas kesana kemari. Tak ada yang tahu apa yang terjadi di masa depan. Tak ada jaminan, bila di masa depan nasib kita tak akan berakhir seperti PAK TUA.
                Tiap kali melihat PAK TUA, tak hanya perasaan syukur yang hadir, rasa marah juga ikut hadir. Bagaimana tidak, di Usianya yang sepuh, tak seharusnya PAK TUA masih bekerja. NEGARA mestinya hadir untuk memfasilitasi orang-orang dengan situasi macam PAK TUA yang lanjut usia dan memiliki tanggungan anak-anaknya yang menderita disabilitas “TUNARUNGU.” Tapi lagi-lagi, NEGARA gagal hadir dengan cara yang tepat untuk mereka. HIKZ. Irna doakan semoga PAK TUA Sehat selalu dan dimudahkan rejekinya. Semoga dalam waktu singkat, kami selaku Pembantu Negara Selamanya (PNS) bisa berbuat lebih baik , tak sebatas hanya bisa membeli dua tiga bungkus kacang PAK TUA untuk menutupi rasa bersalah ini

Senin, 07 Maret 2016

MY TRIP is MY HEALING CAMP



Tak sekali kita menonton film yang menyuguhkan sebuah adegan dimana seorang aktor sedang berada di kendaraan yang sedang melaju, menempuh sebuah perjalanan sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi. Adegan yang paling umum sih, sang aktor akan duduk terdiam memandang atau menyandarkan kepala di jendela sembari menatap keluar dengan tatapan kosong, terkadang sutradara bahkan menambahkan efek rintik-rintik hujan yang menerpa jendela untuk menambah kesyahduan suasana ( preett ). Dari statistik film yang pernah saya nonton, kendaraan yang paling populer digunakan di adegan semacam ini adalah kereta api, taksi atau bus ( hahaha sebuah info yang bener2 penting ! )

Nah, Jumat, kemarin saya berada di posisi aktor ini. Saya memutuskan ke Makassar jam 5 sore, meninggalkan situasi kerja yang bikin naga dalam diri mau keluar, meninggalkan laporan kantor yang deadline, acara maulid keluarga dan semua-muanya yang menempatkan saya dalam status “ waspada “ this person lagi stress tingkat tinggi. Apakah ini sebuah pelarian ? yah ini semacam pelarian, pelarian dari kehancuran. Toh , sudah jadi sunnah rasul, bila kita berada di situasi yang sulit, kita disarankan bergerak, berhijrah ke situasi yang lebih kondusif sebagai sebuah ikhtiar mencari solusi. Demikianlah, jumat sore itu, saya meringkuk di kursi BMA, macam aktor film yang menatap kosong keluar jendela dengan berbagai pikiran yang hilir mudik tak henti di kepala. ( what a drama, padahal meringkuknya karena sisa diare akibat stress) Dalam hati sempat bilang “ begini toh rupa perasaan para tokoh di film film itu ”. (baper tingkat dewa)
Melewati pantai pare-pare, saya coba mengusir kebisingan pikiran dan nyeri perut dengan mengambil gambar sunset dari balik jendela BMA yang melaju. Ini beberapa hasilnya. Keren khan, #narsis mode on hahahaha





Ternyata keputusan saya ke Makassar memang tepat, setelah berbagai drama baper di BMA, saya akhirnya melewati akhir pekan yang menyenangkan bersama Edha dan Asad. Bener kata Patrick, si bintang laut pink bercelana hawai itu, Teman adalah Kekuatan. Pertemuan dengan mereka somehow bikin otak dan jiwa agak beres kauwe, macam klik tombol refresh di komputer, serupa healing camp, hehehe. Truz, apa saja agenda trio kwek kwek ini di Makassar. Yah, lazimnya orang baru jumpa-jumpa setelah lama ga bersua > ngerumpi, makan, foto-foto dan keliling keliling kota
Sabtu pagi, kami pesta rambutan di rumah edha. Siangnya, nge-bajak mobil baru mama edha untuk ngantar saya belanja pesanan bunda putra di agung. Abis belanja di agung,  saat om asad sibuk dengan urusan parkir me markir mobil baru, saya dan edha sibuk dengar promosi Qalista human care, sebuah yayasan yang bergerak untuk membantu pasien kanker . Jadi yayasan Qalista ini ngumpulin dana dengan membagikan voucher makan yang ditukar dengan uang senilai 100.000, voucher ini bisa di pakai di beberapa cafe yaitu BeatStone coffe shop n music, Kan-Pei,Hotel Gahara, dan bengkel Coffee. Tentunya dengan catatan syarat dan ketentuan berlaku. Setelah sukses mengeluarkan mobil baru mama edha tanpa ada goresan sedikit pun dari parkir yang padat merapat, asad nge-klakson buat mengeluarkan saya dan edha dari mantra promosi Qalista. 


 



  
Selanjutnya kami memutuskan hunting cafe-cafe untuk menghabiskan voucher dari Qalista, Tempat pertama yang jadi sasaran kami adalah BeatStone coffe shop n music, setelah muter-muter akhirnya ketemu ma cafe ini sayang di depan pintunya terpampang  tulisan CLOSED. Cafee baru buka jam 08.00 malam. Ga patah semangat kami lalu menghunting cafee terdekat selanjutnya, Rajawali Kopi Tian. Ternyata jaraknya tidak dekat prend hahahahah, setelah kurang lebih setengah jam akhirnya cafe ini kami temukan di sekitar stadion mattoanging. Jl. Cederawasih jauuuh. Syukur suasana cafenya bisa bikin hati senang hihihi. Setelah berdebat panjang kali lebar soal ketentuan dan syarat berlaku voucher dengan pelayan, akhirnya kami menghabiskan waktu di cafe ini sampai magrib. Semua pojok di cafe ini kami jadikan tempat nongkrong, ruang depan, ruang tengah sampe ruang meetingnya, pelayannya pasti dah senewan liat kelakuan kami hahaha, mana kami minta tolong di foto  dimana-mana sama mereka, edha bilang sapa suruh vouchernya cuman berlaku 1 per hari makanya perlu dioptimalkan mumpung di sini hahaha. Lepas magrib kami berencana ke mall panakukang (MP) untuk selanjutnya nongkrong di Bengkel Coffe, sayang pas dah di depan MP, edha tiba-tiba insyaf, minta pulang karena ingat putranya LANGIT pasti sudah bangun hahahaha, akhirnya malam minggu itu kami habiskan di rumah edha, ngerumpi sambil makan rambutan dan songgkolo begadang.






Ahad, sebelum balik ke Pinrang, saya dan edha sempat jalan-jalan lagi, Kali ini asad tidak ikut karena harus ke Maros. Tujuan pertama kami adalah KATAKERJA, sayang lagi-lagi situasi tidak memihak pada kami, KATAKERJA tutup, mengobati kekecewaan saya dan edha milih makan coto wesabbe. Tujuan selanjutnya KAMPUNGBUKU, mau ngerumpi dengan mami piyo. Lagi-lagi sayang, mami ada tamu dari kedutaan Denmark, so saya ma edha jadinya ngerumpi berdua di belakang rumah mami ( ini sih namanya pindah tempat ngerumpi). Abis bahan ngerumpi, mami masih terima tamu, so saya dan edha memutuskan jalan-jalan ke surga dunia (baca : Mall, hahaha). Saya dan edha menghabiskan waktu sampe sore di Mall. Jam setengah 5, saya ke ke BMA untuk balik ke Pinrang, tiba-tiba perut mulai nyeri lagi (HIKZ realita here i come ). Sekian dan Tengkyu edha dan asad untuk akhir pekan yang menyenangkan.TEMAN bener-bener adalah KEKUATAN