Kamis, 26 Juli 2012

jambu biji

Tadi siang, saat berjalan ke masjid untuk menunaikan shalat duhur, kak eti bercerita bangga karena keponakannya yang berumur 6 tahun sudah bisa puasa setengah hari. Menurut kak eti, sebenarnya ponakannya itu pengen meneruskan sampe magrib, tapi bunda k'eti khawatir melihat kondisi cucunya yang  lemas jadinya si bunda memaksa ponakan k eti untuk berbuka saat ashar tiba.
Saya pun balik bercerita ke k'eti kalo waktu umur 6 tahun sy juga dah belajar puasa penuh seharian. Saya tekankan BELAJAR...!!! Jadinya karena alasan belajar itulah,  tiap pulang sekolah, yah sekitar jam 10 atau 11, sy  memanjat pohon jambu depan rumah lengkap dengan baju putih dan rok merah lipit untuk sekedar menyantap sebiji dua biji jambu biji, sebagai bekal tambahan biar bisa berpuasa hingga beduk magrib tiba.hehehe.... Apalagi di masa itu, keluarga sy tinggal di kompleks perumahan. Dikalangan anak2 kompleks seumuran sy, sanggup berpuasa sehari penuh itu jadi sebuah prestise. Mottonya " puasa setengah hari ??? Pantang  layauwww " hehehe...
Sy masih ingat jelas bagaimana sy bersama teman sepermainan sy yah si ikhlas, a.baba, jean, andy, dewy saling menyombongkan jumlah puasa penuh yang kami tunaikan *kira2 kalo spirit puasanya begini, apa puasanya mabrur yah hehehe

Pohon jambu, bagi sy bukan hanya lumbung bekal untuk belajar berpuasa penuh tapi juga jadi tempat belajar dan bermain. Sy dan teman2 sekompleks sering berebutan dahan untuk tempat duduk2 menikmati sapaan angin y sepoi sepoi sambil menyanyikan lagu2 lawas masa2 itu semisal :

"Hey...jangan pipis sembarangan. Hey...itu ganggu kesehatan...itu lihat...disana tempatnya, jangan malu...hey, jangan pipis sembarangan "

Papi mami waktu itu menanam lima pohon jambu biji bangkok dipekarangan depan rumahku. Jadi ukuran buahnya besar2. Dari 5 pohon itu,  3 pohon memiliki  daging buah berwarna putih sedang 2 lainnya berwarna merah muda. 1 dari jambu biji berdaging merah muda itu adalah pohon favoritku. Selain memiliki banyak dahan dengan bentuk proporsional sbg tempat duduk, pohon jambu itu juga terletak ditengah2 halaman, sejajar dengan teras. Jadinya, kl pulang sekolah, tinggal taruh tas di teras dan hap hap hap hanya beberapa langkah saja sy  sudah tiba di bawah pohon jambu dan ga butuh waktu lama untuk memanjati pohonnya. Jadi bisa aman dan cepat proses penambahan energinya.  Memperbesar Peluang terhindar dari temuan mata2 kawan sekompleks y mengintai u/  ngecek  apakah sepulang sekolah sy makan atau tidak, apakah  sy benar berpuasa penuh atau tidak  hehehe 

Ternyata pindahan rumah dari sengkang ke pinrang tak memutuskan hubungan sy dan pohon jambu. Segera setibanya di rumah baru di pinrang. Sy berjumpa kembali dengan pohon jambu...hanya saja, sekarang pohon jambu itu bukan lagi jambu bangkok yang ukuran buah nya besar pun  tidak lagi berada di pekarangan rumahku tp di pekarangan belakang rumah sebelah yang dimanfaatkan sebagai kantor sementara instansi  BP7. Jadinya, frekuensi manjat pohon sy berkurang krn sy harus menunggu semua pegawai kntor itu pulang lalu kemudian mencari dahan y tepat. Di pinrang, fungsi utama pohon jambu bukan lagi sebagai lumbung makanan tapi lebih banyak sebagai tempat berekspresi. Sy paling sering menghabiskan  majalah boboo diatas pohon, seperti kisah paman janggut maupun sepatu ballet.  Sy juga menjadikan pohon jambu sebagai spot favorit menghapal pelajaran sekolah bila ujian menjelang. Sesekali sy  bernyanyi n melamun di pohon itu,  meski suasananya sangat jauh berbeda dgn di sengkang. Di pinrang, sy tak memiliki kawan akrab y banyak di sekitar rumah. Hanya kawan sekolah yang sering ku ajak bermain atau sy yang berkunjung k rumah mereka.maklum pemirsa, kiri kanan kantor semua.

Waktu pindah k makassar untuk lanjut study di sma 5. Pohon jambu tetap mewarnai hidup sy. Puank ari' yang tinggal di depan rumah sy juga memiliki pohon jambu. Hanya saja pohon jambu itu lebih pendek. dahannya dan buahnya pun kecil jadi ga cocok untuk dimanjati. Tapi ada syukurnya juga sih krn usia sy dah tak memungkinkan untuk acara manjat pohon. Apa kata dunia, anak gadis bergelantungan di pohon. Jadinya sy menikmati makan jambu dgn cara memetik atau menjoloknya dgn bambu.

Selang beberapa  lama, pohon jambu p.ari ditebang. Tempat bekas pohon jambu menjelma menjadi garasi mobil. الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّالْعَالَمِينَ di halaman rumahku, sebuah pohon dengan tinggi selutut bertumbuh dan tak butuh waktu lama untuk dikenali sebagai anak pohon jambu. Mungkin ia tumbuh dari biji jambu yang kubuang sembarangan di pekarangan. Jadilah jambu biji tetap mewarnai hidupku.tapi setelah jambu biji itu terpaksa di tebang. Karena akarnya mulai merusak dinding got yang letaknya tak jauh dari pohon.

Tamat kuliah, sy memutuskan pulang ke pinrang, setelah beberapa lama akhirnya sy bersua lagi dengan pohon jambu. Mami menanam pohon jambu air dan jambu biji di halaman. tapi tak seperti masa kecil dulu, pohon jambu itu tak lagi menarik perhatianku. Pertama, karena
Buahnya kecil2 dan dagingnya tak se-enak jambu biji bangkok. Kedua, alasannya sama dengan waktu sy di makassar. Usia ga memungkinkan untuk panjat2 lagi. Sy hanya mengunjungi pohon itu sesekali. Pada saat menyapu daun2nya yang berjatuhan, memetik daunnya untuk obat diare atau hendak memetik daun sirih yang tumbuh disekitar pohon jambu itu.

Karena hendak dijadikan lokasi pembangunan ruko ayah bunda, pohon jambu biji itu akhirnya di tebang 3 bulan lalu. Tapi lucunya, sebuah pohon jambu biji setinggi pundakku kutemukan tumbuh liar di luar pagar samping rumahku, saat hendak membuang sampah beberapa hari yang lalu.entah sejak kapan pohon jambu itu ada disana