Aleph
Tubuh yang kian hangat disertai sensasi dingin yang menjalar di setiap ruas-ruas tulang melabuhkan saya di empuknya kasur berbalut lembutnya selimut selama empat hari. Di tiga hari pertama, saya hanya bisa diam pasrah merasakan kontrasnya hantaman panas dingin di sekujur tubuh sembari sesekali menikmati riuhnya media sosial saat terjaga. Di hari keempat panas tubuh saya berangsur-angsur normal setelah menikmati hangatnya seduhan jahe merah campur susu buatan mami. Yang tersisa hanya rasa letih dan perihnya tenggorakan menghadirkan suara seksi serak basah ala anggun c sasmi #ilusimu irna hahahaha.
Menikmati
“Aleph” karya paulo coelho di hari keempat membuat waktu terasa berlalu lebih cepat.
Setelah sekian bulan, ini kali pertama saya menikmati buku hingga halaman
terakhir tanpa perlu melayangkan jurus sakti cicilan baca Hehehe. Biasanya
untuk menghabiskan satu buku saya harus nyicil baca per-25 halaman atau satu bab untuk sekali baca. Alhamdulillah berkat
sakit ini, kembali , saya bisa merasakan sensasi membaca non stop, menikmati
sebuah buku dari halaman pertama hingga halaman terakhir tanpa diinterupsi
kegiatan lainnya. Asli girang tak terkira hehehehe
***
“
Kadang-kadang, saat aku melihat putraku tidur, aku bisa melihat segala hal yang
sedang terjadi di dunia: tempat ia berasal, tempat-tempat yang akan dia tuju
serta cobaan-cobaan yang harus dia hadapi untuk menggapai apa yang akan ia
capai dalam bayanganku. Ia tumbuh besar dan aku tetap sangat mencintainya seperti
dulu, namun Aleph itu hilang" (p.191)
Novel Aleph bercerita tentang seorang
penulis bernama Paulo yang melakukan perjalanan kereta api melintasi rusia (Trans-Siberia)
untuk menemukan jawaban atas keraguan iman, kegelisahan dan ketidakpuasan hidup
yang dirasakan seraya mempromosikan karya-karyanya. Perjalanan spritual itu
dilakukan setelah meminta nasehat guru spritualnya bernama J yang
menyarankannya untuk melakukan perjalanan mencari jawaban dan kembali menjadi
raja di kerajaannya sendiri :
“Tidak
ada gunanya duduk di sini, menggunakan kata-kata yang tidak berarti apa-apa.
Pergilah dan bereksperimen. Sudah waktunya kau keluar dari sini. Pergi dan
taklukkan kembali kerajaanmu yang mulai tercemar oleh rutinitas. Berhenti
mengulang-ulang pelajaran yang sama karena kau tidak akan mempelajari hal baru
dengan cara itu.” –J. (p.21)
Paulo melakukan
perjalanan kereta api bersama rombongannya, yaitu sang penerbit, istri
penerbit, Editor, penerjemah rusia bernama Yao dan seorang pembaca perempuan
dari turki bernama Hilal. Kisah seputar
interaksi Paulo dengan Yao dan Hilal selama perjalanan kemudian menjadi inti
cerita novel ini.
Hilal adalah gadis 21 tahun yang
berkeras ikut dalam perjalanan Paulo melintasi rusia. Hilal meyakini bahwa ia ditakdirkan
untuk menyalakan api suci untuk paulo atau dengan kata lain ditakdirkan menjadi
kekeasih Paulo sejak kehidupan yang lampau. Sekali Paulo dan Hilal mengalami Aleph di sebuah celah gerbong kereta api yang mereka tumpangi. Sejak
itu, Paulo menyadari bahwa Hilal adalah
kunci untuk menemukan jawaban yang dicarinya dalam perjalanan itu.
Selanjutnya dikisahkan bahwa hilal
adalah inkarnasi salah seorang dari delapan perempuan yang dibakar hidup-hidup
akibat perbuatan paulo di kehidupan Lampau. Dimana, digambarkan bahwa di
kehidupan lampau paulo adalah seorang biarawan dominikan yang terlibat dalam penetapan
hukuman bagi para gadis yang dituduh sebagai penyihir, dimana satu diantara
para gadis itu adalah wanita yang dicintai sang biarawan. di masa sekarang wanita
yang cintai itu mewujud sebagai hilal.
Paulo (kepada ke delapan gadis ) :
“ Maafkan
Aku “
Salah satu gadis :
“Tidak
Perlu, Kami sudah berbicara dengan para roh dan mereka menunjukkan pada kami
apa yang akan terjadi. Waktu untuk takut sudah lewat. Sekarang ada hanya waktu
untuk berharap. Apakah Kami bersalah ? Suatu hari nanti dunia akan menilainya
dan bukan kami yang akan merasa malu. Kita akan bertemu kembali pada masa
depan, ketika hidup dan karyamu akan dipersembahkan untuk orang-orang yang
sudah disalahpahami maksudnya saat ini, Suaramu akan berbicara keras dan akan
akan ada banyak orang yang mendengarkanmu “
Gadis lainnya :
“
Bila Waktunya tiba, irang-orang yang dibakar hari ini akan ditinggikan. Para
penyihir dan ahli alkemi akan muncul, sang dewi akan disambut dan para penyihir
dirayakan. Semuanya demi kebesaran tuhan. Itulah berkat yangkami berikan
untukmu sekarang dan samapi akhir waktu “
(p.305-306)
Setelah mengetahui
kisah selengkapnya, Paulo akhirnya memahami nasibnya sebagai penulis.
Selanjutnya digambarkan, Paulo coba mengingatkan hilal tentang kebenaran hubungan
mereka di kehidupan lampau dan meminta kesediaan hilal mewakili ke delapan
gadis untuk memberikan maaf untuknya.
Selain dengan hilal, interaksi Paulo
dengan Yao juga salah satu yang mendominasi isi novel ini. Digambarkan bahwa
Yao adalah laki-laki baya yang belum bisa menerima kematian istrinya. Berkat
interaksinya dengan Paulo, Yao kemudian memiliki persepektif baru tentang
perpisahan, sebaliknya Paulo juga banyak mengambil pelajaran dari Yao yang
lebih dulu merasai asam garam kehidupan.
Novel diakhiri dengan perpisahan Paulo
dengan Hilal. Sebelum meninggalkan bandara untuk bertemu dengan presiden rusia,
Paulo membuat even agar perpisahan
dengan hilal lebih romantis. Ia meminta 11 relawan untuk membantunya memberikan
11 mawar kepada hilal saat hilal keluar dari pintu utama bandara. Mawar ke 12
diserahkan oleh Paulo sendiri seraya memberikan pelukan perpisahan kepada Hilal.
“ aku bertanya-tanya, apakah benar jika aku
kehilangan kesempatan dengan hilal, aku masih punya tiga kesempatan lagi ( lagi
pula, ada delapan gadis yang dihukum mati hari itu dan aku sudah bertemu lima
diantaranya). Aku sekarang ragu, apakah aku akan tahu ; dari delapan gadis yang
dihukum mati, hanya seorang yang benar-benar mencintaiku, gadis yang namanya
tidak pernah kuketahui.” – p.311
***
Catatan pengarang di akhir novel
mengesankan bahwa cerita yang tertuang dalam novel ini adalah pengalaman pribadi
Paulo Coelho. Kalau demikian adanya, Jujur, saya tidak meyakini semua ceritanya
benar. Saya tidak yakin bahwa perjalanan Paulo ke masa lampau benar-benar
terjadi. Bahwa Paulo melihat sosoknya sebagai biarawan dominikan atau penulis
perancis di abad 19 benar nyata. Bagian ini bagi saya adalah fiksi. Lagipula, bukankah
buku ini di kategorikan sebagai novel, bukan biografi. Sebagaimana novel pada
umumnya, agar lebih memikat, tentunya penulis sengaja memberikan bumbu-bumbu
tertentu pada ceritanya. Namun
begitu, sebagaimana karya lainnya. Dalam buku ini Paulo Coelho juga menaburkan
banyak kata-kata bijak yang dapat jadi bahan renungan bagi kita dalam memandang
hidup. Berikut beberapa diantaranya :
“Keraguan mendorong orang maju.” –J. (p.17)
“ sebagai manusia, kita mengalami kesulitan besar untuk
memusatkan perhatian pada masa sekarang. Kita selalu berpikir tentang apa yang
telah kita lakukan, tentang bagaimana kita seharusnya melakukannya, tentang
berbagai konsekuensi perbuatan kita dan tentang betapa kita tidak berbuat
seperti yang seharusnya. Atau kita berpikir tentang masa depan, tentang apa
yang akan kita lakukan besok, pencegahan-pencegahan apa yang harus kita
lakukan, bahaya-bahaya apa yang menanti kita di depan sana, bagaimana cara
mencegah apa yang tidak kita inginkan dan bagaimana cara mendapatkan apa yang
selalu kita dambakan “( p.20-21 )
Bukan apa yang kaulakukan di masa lalu yang akan
mempengaruhi masa sekarang. Apa yang kaulakukan sekaranglah yang akan menebus
masa lalu dan mengubah masa depan (p. 21)
“Itulah yang kumaksud dengan rutinitas. Kau mengira
kau ada karena kau tidak bahagia. Orang lain mendapatkan eksistensi dengan
bergantung pada masalah-masalah mereka dan menghabiskan sepanjang waktu
berbicara tanpa henti tentang anak-anak mereka, para istri dan suami mereka,
sekolah, pekerjaan, teman. Mereka tidak pernah berhenti dan berpikir: Aku ada
di sini. Aku hasil dari segala sesuatu yang sudah terjadi dan akan terjadi,
namun aku ada di sini. Jika aku melakukan perbuatan yang salah, aku bisa memperbaikinya
atau setidaknya meminta maaf. Jika aku melakukan perbuatan yang benar, aku akan
menjadi lebih bahagia dan semakin terhubung dengan masa sekarang.” –J.
(p.21-22)
“ Hidup kita adalah perjalanan konstan, dari kelahiran
sampai kematian. Latar belakangnya berubah. Orang-orangnya berubah,
kebutuhan-kebutuhan kita berubah, namun kereta apinya terus bergerak. Kehidupan
adalah kereta apim bukan stasiun “ ( P.24 )
“ Tragedi selalu membawa perubahan radikal dalam hidup
kita, perubahan yang berhubungan dengan prinsip yang sama : Kehilangan. Saat
menghadapi kehilangan dalam bentuk apapun, tidak ada gunanya berusaha
memperbaiki apa yang sudah terjadi; leboh baik memanfaatkan celah besar yang
terbuka di depan kita dan mengisinya dengan hal baru. Secara teori, setiap
kehilangan adalah untuk kebaikan kita, namun pada praktiknya, saat itulah kita
mempertanyakan keberadaan Tuhan dan bertanya pada diri sendiri : Apa yang sudah
kulakukan sehingga pantas menerima hal ini ? Tuhan hindarkan aku dari tragedi
dan aku akan mengikuti keinginan-keinginan-MU “ ( P. 27 )
Saat perasaan tidak puas menetap, itu berarti perasaan
itu ditempatkan oleh Tuhan karena satu alasan saja: kau perlu mengubah
segalanya dan maju. (p.27)
“ Orang bilang sesaat sebelum maut menjemput,
masing-masing dari kita memahami alasan keberadaan kita sebenarnya dan dri
momen itu, surga dan neraka lahir. Neraka adalah saat kita menoleh ke belakang
dalam waktu sepersekian detik itu dan menyadari bahwa kita telah membuang
kesempatan untuk menghargai mukjizat kehidupan. Surga adalah ketika kita mampu
berkata pada saat itu : Aku membuat banyak kesalahan tapi aku bukan pengecut. Aku
menjalani hidupku dan melakukan apa yang perlu kulakukan “
( p. 35 )
“ itulah karakteristik yang menandai seorang pejuang :
pengetahuan bahwa tekad dan keberanian tidak sama. Keberanian dapat menarik
rasa takut dan kekaguman berlebihan tapi tekad menuntut kesabaran dan komitmen “
( p. 37 )
Itulah yang kuinginkan. Jika aku percaya aku akan
menang, kemenangan akan percaya padaku. Tidak ada kehidupan yang lengkap tanpa
sentuhan kegilaan, atau, meminjam kata-kata J., yang perlu kulakukan adalah
menaklukkan kembali kerajaanku. Jika aku bisa memahami apa yang terjadi di
dunia, aku bisa memahami apa yang terjadi dalam diriku. (p.44)
“ Kehidupan tanpa sebab adalah kehidupan tanpa efek “
( p.47)
Dulu sekali aku belajar bahwa untuk menyembuhkan
lukaku, aku harus memiliki keberanian untuk menghadapinya. Aku juga belajar
untuk memaafkan diri sendiri dan memperbaiki kesalahan-kesalahanku. (p.54)
“rutinitas tidak ada hubungannya dengan pengulangan.
Untuk menjadi sangat ahli dalam bidang apapun, kau harus berlatih dan
mengulang, berlatih dan mengulang sampai teknik tersebut menjadi intuitif “ (
P.63)
“hal yang menyakiti kita adalah hal yang menyembuhkan
kita (p.73-74)
Hidup berarti mengalami banyak hal, bukan hanya
duduk-duduk dan memikirkan makna hidup. (p.80)
…satu-satunya hal yang kita capai dengan membalas
dendam adalah membuat diri kita sama dengan musuh-musuh kita, sementara dengan
memaafkan, kita menunjukkan kebijaksanaan dan kecerdasan. (p.83-84)
“Kalau kau menghabiskan terlalu banyak waktu berusaha
mencari tahu kebaikan atau keburukan orang lain, kau akan melupakan jiwamu
sendiri dan akhirnya kelelahan serta dikalahkan oleh energi yang kauhabiskan
untuk menghakimi orang lain.” –Yao (p.86)
‘ kalau kau ingin melihat pelangi, kau harus belajar
menyukai hujan (p.89)
‘carilah orang-orang yang tidak takut membuat
kesalahan dan yang memang membuatnya. Karena hal itu, karya-karya mereka
seringnya tidak dikenali namun justru merekalah tipe orang yang akan mengubah
dunia dan yang setelah membuat banyak kesalahan akan melakukan sesuatu yang
benar-benar mengubah komunitas mereka ( p.104)
Ini yang Paulo sampaikan tentang bagaimana ia
menggambarkan cintanya pada sang istri: “kami bagai dua awan dan sekarang kami
satu. Kami tadinya dua kubus es batu yang kemudian meleleh karena matahari dan
menjadi aliran air yang sama” [page 104
‘Aku kenal banyak orang yang peduli pada orang lain
danluar biasa murah hati untuk memberi dan sangat senang saat ada orang yang
meminta nasihat atau bantuan. Dan itu sah-sah saja : menolong orang lain adalah
tindakan yang baik. Namun sebaliknya, aku kenal sedikit sekali orang yang mampu
menerima, bahkan kalaupun hadiah itu diberikan dengan penuh kasih sayang
dankemurahan hati. Seakan tindakan menerima membuat mereka merasa tidak percaya
diri, seakan bergantung pada orang lain adalah hal yang hina. Mereka beranggapan
Jika seseorang memberi kita sesuatu, itukarena kita tidak mampu mendapatkannya
sendiri atau orang yang memberiku ini sekarang suatu hari nanti akan memintanya
lagi dengan bunga atau yang lebih parah. Aku tidak layak diperlakukan dengan
baik. ( p.111 )
…karena cinta adalah satu-satunya hal yang akan
menyelamatkan kita, terlepas dari kesalahan apa pun yang akan kita buat. Cinta
selalu lebih kuat. (p.129)
Siapa pun yang mengenal Tuhan tidak dapat
menggambarkan-Nya. Siapa pun yang dapat menggambarkan Tuhan tidak mengenal-Nya
[page 134
Kita belajar pada masa lalu, namum kita bukanlah hasil
dari itu.Kita menderita pada masa lalu, mencintai pada masa lalu, menangis dan
tertawa pada masa lalu, namun itu tidak berguna pada masa kini. Masa kini
memiliki tantangan-tantangannnya sendiri, sisi baik dan sisi buruknya. Kita
tidak bisa menyalahkan ataupun berterimakasih pada masa lalu ata apa yang
terjadi sekarang (p.138)
Kita tidak seperti yang orang lain harapkan. Kita
adalah orang yang sesuai dengan keputusan kita sendiri. Memang mudah
menyalahkan orang lain. Kau bisa menghabiskan seluruh hidupmu menyalahkan
dunia,namun kesuksesan atau kegagalanmu sepenuhnya tergantung pada tanggung
jawabmu sendiri. Kau bisa mencoba menghentikan waktu tapi itu benar-benar
membuang energi “ ( p. 139)
Jika kau hanya bersandar pada pengalaman, kau hanya
akan menerapkan solusi-solusi lama pada masalah-masalah baru. (p.140)
Butuh usaha keras untuk membebaskan dirimu dari
kenangan, namun begitu kau berhasil, kau mulai menyadari bahwa kau mampu
mencapai lebih dari yang bisa kau bayangkan [page 140
“Jalan Kedamaian mengalir seperti sungai, dan karena
jalan itu tidak melawan apa pun, jalan itu menang bahkan sebelum ia mulai. Seni
kedamaian tidak dapat dikalahkan, karena tidak seorang pun melawan apa pun
selain dirinya sendiri. Jika kau menaklukkan diri sendiri, maka kau akan
menaklukkan dunia.” (p.160)
Aku
memaafkan air mata yang harus kutumpahkan,
aku
memaafkan rasa sakit dan semua kekecewaan,
aku
memaafkan semua pengkhianatan serta kebohongan,
aku
memaafkan semua fitnah dan tipu-muslihat,
aku
memaafkan kebencian serta penganiayaan,
aku
memaafkan pukulan-pukulan yang melukaiku,
aku
memaafkan impian-impian yang rusak,
aku
memaafkan harapan-harapan yang mati sebelum waktunya,
aku
memaafkan permusuhan serta kecemburuan,
aku
memaafkan ketidakpedulian dan niat jahat,
aku
memaafkan ketidakadilan yang dijalankan atas nama keadilan,
aku
memaafkan kemarahan serta kekejaman,
aku
memaafkan kelalaian dan sikap menghina,
aku
memaafkan dunia dan semua kejahatannya.
Aku
memiliki kemampuan mencintai, terlepas dari apakah aku balas dicintai,
kemampuan
memberi, bahkan saat aku tidak punya apa-apa,
kemampuan
bekerja dengan bahagia, bahkan ditengah kesulitan-kesulitan,
kemampuan
mengulurkan tangan, bahkan saat aku benar-benar sendirian dan diabaikan,
kemampuan
untuk mengusap air mata, bahkan saat aku menangis,
kemampuan
percaya, bahkan saat tidak seorang pun percaya padaku.
(p.184
)
Hanya seseorang yang mampu berkata ‘aku cinta padamu’
yang sanggup berkata ‘aku memaafkanmu’ (p.238)
Cinta tanpa nama dan tanpa penjelasan, seperti sungai
yang tidak bisa menjelaskan kenapa ia mengikuti alur tertentu dan hanya terus
mengalir. Cinta yang tidak meminta dan memberikan apa-apa; sungai yang hanya
hadir, apa adanya (p.248)
Mungkinkah menjauhi jalan yang telah digariskan Tuhan?
Mungkin saja, tapi itu selalu salah. Mungkinkah menghindari rasa sakit? Mungkin
saja, tapi kau tidak akan pernah belajar apa-apa. Mungkinkah mengenal sesuatu
tanpa pernah mengalaminya? Mungkin saja, namun hal itu tidak akan pernah
menjadi bagian darimu. (p.276)
…kadang
kau harus berkelana sampai jauh untuk menemukan apa yang sesungguhnya berada di
dekatmu. (p.292)
Komentar
Posting Komentar