Rabu, 04 April 2012

istana pasir

Tiap kali diminta memilih hendak berwisata ke pantai atau pegunungan, sy pasti memilih untuk wisata ke pantai. Ironisnya, sampai detik ini, sy blm bs memenuhi syarat mutlak yang mesti dilakukan saat berwisata ke pantai yaitu berenang. Meski dah belajar berkalikali, sy tak kunjung bisa berenang, jangankan berenang, mengapung pun tak sanggup.karena kebetulan goena 'anak pantai' jadi ku tawarilah dia kesempatan langka ' mengajariku berenang', trus dia cmn bilang 'gampang, 5 menit diajar sy, kamu pasti langsung bisa ' senang bercampur kagum sy menanyakan metode belajar berenangnya bagaimana. Dengan suara lantang goena menjawab 'survival' jadi kamu tinggal dilempar ke laut, tar kamu akan pintar sendiri krn takut tenggelam . Grrrrhh emang sy jala ikan Dilempar lempar hikz hikz hikz. Dasar pacar durhaka, upz becanda.Peace goena.

                                                                Istana Pasir Idaman

Nah, tiap kali ke pantai, sy selalu menyempatkan membuat istana pasir. Meski bagi sebagian org, istana pasir yang kubuat itu lebih mirip stalakmit berjejer, sy tetap suka bikin istana pasir. Menggali pasir, trus membentuknya menjadi istana pasir dengan sabar, kegiatan ini bs membuatku tersenyum lebar apalagi bila stalakmit y kuanggap sebagai menara istana itu bisa menjulang tinggiiiiiiiiiiiiii sekali,belum lagi bila ombak datang menggapai istana pasir itu hahahaha seru saja rasanya berupaya melindunginya dari ombak, angin, dan tangan jail dr sodara y ingin merusaknya.

                                         stalakmit, gambaran bentuk istana pasir buatan irna


Berbicara tentang Istana pasir, sy jd ingat pada sebuah kalimat y muncul di dinding twiterku beberapa minggu y lalu " cara melawan malas adalah dengan merusak mekanisme kerjanya " kalimat ini menarik perhatianku  karena kata malas y tercantum di dalamnya, secara rutin menghinggapiku, khususnya beberapa bulan terakhir ini. Mulai dari malas mengerjakan rutinitas di rumah,seperti masak, bersih2, mencuci dsb. malas beribadah, sering menunda2 penyelesaian pekerjaan hingga malas belajar (intinya sangat memenuhi kriteria menantu yang dibenci para ibu mertua hahahaha). Meski dah deadline bahkan memahami kerugian dan bahaya y ditimbulkan dari sikap malas itu, sy selalu sj mengiyakan rasa malas itu menang.

Saya dah coba berkali-kali melawan rasa malas ini, tapi ternyata ia lebih gigih dari sy dan tak tahu malu . Meski telah berhasil menghalaunya berkali-kali tapi dia tetap saja datang menggoda dan dasarnya saya suka digoda jadilah ia merajalela mempengaruhiku. hahahahaha......

Melawan malas ini mirip dengan membangun istana pasir.  Menuntut kesabaran dan ketekunan ekstra dalam membangun dan memeliharanya. Tiap kali ombak, angin, atau tangan jahil berusaha menghancurkannya, maka harus segera dilawan, Sementara bagian yang terlanjur dirusak harus segera diperbaiki. Bila tidak maka ia akan segera hancur dan tak berbentuk lagi.

Ombak akan terus  menyapa  istana pasir berkali-kali. Bila ombak kecil tak berhasil menyapunya maka ombak yang lebih besar akan coba menghancurkannya. Bila tidak,maka ia akan meminta bantuan ke angin untuk menyapunya. Demikian pula malas, bila dengan godaan pertama ia tak berhasil menaklukkan maka pembenaran atas rasa malas itu akan datang lagi dan lagi sampai ia berhasil membujuk kita untuk tidak melakukan apa yang seharusnya kita buat. Maka seperti kalimat tadi "untuk melawan malas maka mekanisme kerjanya harus dirusak" Bila godaan malas datang maka harus dilawan sesegara mungkin,  jangan beri kesempatan dan waktu baginya untuk bereproduksi,  membangun pembenaran-pembenaran atas kemalasan kita, "masih ada hari esok, masih ada waktu,  istrahat sejenak, kita tidak boleh diatur oleh waktu dan waktu lah yang mengatur kita dan masih banyak pembenaran turunan lainnya " pokoknya harus dilawan saat itu juga (berdasarkan pengalaman pribadi selama bertahun-tahun hahahaha)

Saat ini, saya berusaha menghancurkan malas yang terlanjur bersemayam didiri saya. Berusaha tidak terbuai dengan godaannya,  setiap kali malas mengetuk pintu hati, saya langsung menolaknya dengan segera mengerjakan apa yang harus saya lakukan.  Di pintu hati pun, saya telah menempelkan sebuah tulisan  " MAAF,  TIDAK MENERIMA PERMINTAAN SUMBANGAN" untuk mengefektifkan usaha saya dan menghalau malas secara halus hahahaha. Pokoknya sy coba menjadikan MALAS sebagai ALARM bagi pekerjaan yang harus saya lakukan. Setiap kali dia berbunyi maka tanpa berpikir panjang saya akan bergerak.

Menuliskan upaya perlawanan terhadap malas di blog ini  pun adalah bagian dari usaha melawan malas itu. Yah, semacam alarm kedua-lah. Bukankah memalukan bila sudah mempublikasikan niat ini trus tidak serius melakukannya. Saya tidak menjamin semua upaya ini akan berhasil, tapi setidaknya saat berniat dan berusaha. Amin


0 komentar:

Posting Komentar