Jumat, 06 April 2012

GILA

Dalam seminggu, setidaknya saya pasti bertemu dgn kedua orang ini di jalan2 yang saya lalui. Satu diantaranya perempuan. Mereka memakai baju seadanya bahkan terkadang minim, berkulit legam dengan sorot mata liar atau kosong. Tak jarang kulihat masing-masing mereka berbaring di trotoar jalan, sibuk mengais tempat sampah atau sekedar berdiri mematung dijalanan.

Kehadiran mereka selalu menarik perhatian saya.Pertama, karena mereka mengajak saya untuk mensyukuri keberadaan sy saat ini. Kedua, mereka selalu sukses berat membuat sy kecewa terhadap diri sendiri.

Mengapa demikian ???

Begini, sy yakin 100 persen tak satu pun manusia di bumi ini ingin berada di posisi mereka yakni menjadi ' gila ' atau 'mejadi tidak waras'.  Tak ada keluarga yang mengakui dan mengurus. Terlunta lunta kesana kemari di jalanan yang di siang hari teriknya minta ampun dan di malam hari dinginnya sungguh keterlaluan. Tak seorang pun yang ingin makan dengan mengais sisa makanan dari tong sampah dan menjilati bekas wadah makanan org lain, berbaju seadanya dan tak jarang mempertontonkan bagian tubuh yang menurut norma masyarakat, tabu untuk diperlihatkan. Dan sekali lagi sy yakin,tak seorang pun yang ingin hilangan kendali atas hormon seks tubuhnya hingga harus menyalurkannya dgn beronani atau bermasturbasi di tempat umum atau sekedar melakukan gerakan seperti sedang berhubungan intim dgn benda disekitarnya dan lagi2 di ruang publik. Saya rasa tak seorang pun menginginkan berada di posisi itu. Oleh karenanya, ketika melihat mereka menantang hari, sy senantiasa bersyukur atas keberadaanku saat ini, dengan kondisi tubuh dan pikiran yang sehat.


Trus mengapa mereka selalu sukses berat membuat sy kecewa terhadap diri sendiri ???

Itu karena mereka secara gamblang hadir sebagai ' tanda tanya' terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang selalu sy koarkan untuk dijunjung tinggi. Namun terlalu sering gagal untuk sy 'jawab'.

Padahal dipikir2, di republik ini, merekalah manusia yang paling teraniaya. Sudah kehilangan akal, tak terpenuhi pula kebutuhan dasarnya sebagai manusia, seperti makan, pakaian dan tempat tinggal. Yang lebih parah lagi, tak jarang, mereka tidak diakui oleh keluarga dan masyarakat sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat dan manusia. Bukan rahasia lagi, bila mereka sering dijadikan bahan olok2an dan lucu2an.bahkan ada beberapa cerita tentang mereka yang sungguh membuat hati saya miris dan malu bertatap mata dengan mereka

Pertama, cerita ttg kematian tragis seorang pria gila yang diduga menjadi korban becanda berlebihan seseorang atau sekelompok org yang hingga saat ini masih jadi misteri. Kejadian berlangsung dini hari, saat jalanan sudah lengang,di salah satu kecamatan di kabupaten sy.

 Cerita yang beredar begini, si pria 'gila' tadi diikat di pintu belakang mobil kanpas yang sedang berhenti istrahat oleh seseorang atau sekelompok org. Tanpa mengetahui ada seseorang yang terikat di pintu belakang mobilnya, si supir kanpas mengemudikan mobilnya, selang beberapa lama mengemudi, si supir dan kernetnya singgah lagi untuk buang air kecil. Ketika mereka berjalan ke belakang mobil mereka menemuan si pria gila tadi sudah meninggal menggenaskan, mulut menganga dan tanpa kaki. Hanya bagian perut ke atas sj yang tersisa.

Kedua, cerita tentang 2 org yang sering sy temukan di jalan2 td. Lagi2 cerita ini sy dengar dari teman sy. Menurut ceritanya, salah satu jalan utama di kota kami dihebohkan dengan aksi kedua org 'gila' tadi sedang berhubungan intim di pinggir jalan,di sore hari pula. Mirisnya, semua orang hanya terpaku melihat mereka. Tak seorang pun melerai mereka hingga teman sy dan kawannya datang kemudian menutupi tubuh si perempuan dengan sarung yang ditariknya dari tali jemuran salah seorang warga.

Kedua kisah itu memang hadir dari cerita kawan sy. Sehingga sy juga tidak tahu itu nyata atau hanya karangan sj. Bila benar, sungguh nilai2 kemanusiaan kita sedang dipertanyakan. Bila tidak, sungguh keterlaluan cerita seperti ini dibuat sebagai bahan obrolan.Hmmm atau marilah, kita menganggap, kedua cerita tersebut hanya karangan semata. Tetap sj kehadiran mereka selalu sebagai tanda tanya terhadap nilai kemanusiaan saya.

Tanpa kedua cerita tadi, sy sering menemui situasi seperti ini dan tak jarang, tidak berbuat apa2 selain bergumam dalam hati saja

- org2 lagi mengolok-olok mereka utamanya anak kecil ( dlm hati : emang mereka memilih menjadi gila )

- org2 menghardik, mengusir dan mencaci mereka, misalnya saat mereka memperlihatkan bagian tubuh mereka yang sangat private. (Helllooow.....emang mereka niat begitu ks liat, mereka itu sakit, ga sadar dan tdk tau mana yang baik dan tidak, masa' kalian menuntut mereka mengikuti peraturan org waras )

-menghindar untuk berpapas jalan atau mendekati mereka. Ironisnya, sy juga sering secara sadar atau tidak sadar melakukannya dgn alasan takut

-menggunakan nama mereka, ketika mengejek atau membuat lelucon seseorang misalnya, dasar kamu pacarnya *** bahkan tak jarang sy menemukan orang tua tanpa sadar mengajari anaknya untuk menghindari, mengolok2 org gila atau memberikan pemahaman yang salah tentang org gila, seolah gila itu adalah sebuah pilihan. Misalnya saat melarang anak melakukan sesuatu ' Berhenti melakukan itu, seperti saja org gila

---
hmm, sungguh sy salut dg mendiang nike ardilla yang dengan segala keterbatasannya, memiliki ide untuk membangun tempat penampungan org gila dan membiayai operasional perawatan mereka. Jarang2 ada org waras yang mau berpikir dan mengurus orang2 tidak waras. Negara sj tidak melakukannya.
---
Saat berpapasan dengan mereka di jalanan, sungguh sy malu terhadap diri sy sendiri. Tak pernah melakukan apa2 untuk mereka.Parahnya lagi, secara sadar atau tidak, menutup mata akan keberadaan mereka.

Saat hendak memejamkan mata seperti skarang ini, sy kadang berkata, betapa sy dan sebagian besar masyarakat telah berlaku aniaya terhadap mereka.

trus ketika sy dan masyarakat berlaku begini apakah wajar bila negara melakukan hal yang sama terhadap mereka? dimana peran negara ?apakah negara memang tidak berkewajiban melindungi warganya yang Gila. apakah negara tidak berkewajiban memenuhi kebutuhan dasar mereka sebagai manusia seperti makan, pakaian, tempat tinggal, dan keamanan. Toh mereka tidak memilih untuk menjadi gila.

Trus apakah sdh cukup bagi sy hanya dengan berkata dan menyadari itu semua lalu menuliskannya serta menyalahkan negara ?????  Aahggggh

***

*tidak bisa tidur krn batuk

0 komentar:

Posting Komentar