Senin, 26 Maret 2012

pe en es

tiga tahun yg lalu, sy resmi terdaftar sebagai anggota pns di daerah sy. Sejatinya, pns bukan impian masa kecil sy, sedari kecil cita2 sy selalu berubah2 tp tak sekalipun pns masuk dlm daftar cita2 sy. Waktu tk, sy ingin jadi polwan krn waktu itu, tk sy, bersebelahan dg kantor polisi. Tante2 polwan terlihat cantik, tinggi dan berkharisma dalam balutan pakaian coklat tua. Apalagi saat mereka menyapa kami, menawari kue dan membantu kami menyebrang jalan.menginjak sekolah dasar mimpi sy jd polwan bertahan hingga kelas 5 sd, sampe2 sy ikut pks alias patroli keamanan sekolah y tugasnya bantuin teman nyebrang jalan plus menyetop kendaraan saat bendera dikibarkan pas upacara hari senin. Kelas 6 sd cita2 sy berubah pengen jadi pengusaha wanita y sukses. Ini gara2 keseringan baca tabloid wanita indonesia langganan mami. Waktu itu irna kagum ma si ibu moeryati, pemilik mustika ratu, dan cita2 ini terus bertahan hingga bangku smp. Memasuki jaman sma kelas 2 irna bercita2 jd guru tk, ini termotivasi dr mamax fira y punya tk disamping rumahnya. Seru saja mendengar celotehan n dendang lagu di pagi hari, rasanya bakal seru kl punya tk kyk itu. Nah pas duduk d kls 3 cita2ku brubah lg jd dokter, ini dibawah pengaruh sahabat pmr n tmn sekelas y rata2 pengen nembak fak. Kedok. Mgkn krn niat y setengah setengah n kapasitas y mmmg kurang memadai akhirnya allah memutuskan sy untuk jd majasiswi pertanian saja
Dan benar, keputusan itu adalah y paling bijak. Bayangkan untuk skala pertanian sj br bs sy selesaikan slama 6,5 thn berkuliah apalagi kedok, curiga dah DO dr semestar 4 hehehe. nah slama kuliah sy smpat bikin usaha butik kecil2an ma teman2, namun krn sy ga ada bakat d bidang fashion2an n masing2 kami mulai sibuk dg urusan personal jdnya usaha itu macet n diputuskan u d tutup.

Thn 2007 tamat kuliah, sy ikutan jd pendamping d proyek dosen. Disinilah sy mulai bersentuhan dg dunia PNS. sedikit demi sedikit sy belajar memahami dinamikanya krn sering bolak balik beberapa dinas untuk keperluan proyek tsb.thn 2008 sy coba ikut tes cpns n alhamdulillah lulus. Mski ikut tes cpns itu sejatinya, lebih didorong oleh faktor eknomi bkn krn impian,namun, sy belajar untuk menyukai pekerjaan ini.

Dan setelah 3 tahunan di dunia pns dan dah bekerja d 2 instansi. Ada beberapa hal y bikin hati miris

Pertama :
Slogan pns sebagai pelayan masyarakat msh terbingkai rapi dlm kerangka teori saja. Umumnya, pns sdh merasa puas ketika ia datang ke kantor, mengerjakan tugas sesuai tupoksi,pulang dan terima gaji setiap awal bulan. Msh jarang yang memikirkan sejauh mana dampak dan manfaat pelaksanaan tupoksi itu bagi masyarakat. Contoh kecil adalah pelaksanaan perbaikan data e-ktp kmrn.sebagian besar tmn2 pns menganggap bahwa prosedur pengumuman d masjid dan menunggu warga datang d kntor untuk mengambil lembar koreksi dan memperbaikix selama 3 pekan adalah bentuk usaha maksimal sehingga bila ada warga y blum mengambil lembar koreksinya maka kesalahan sepenuhnya ada d tangan masyarakat pdhl belum tentu demikian.dlm benak sy dan coba kupraktekkan semampuku, idealnya teman2 tpns dk hanya menunggu kedatangan warga k kntor tp juga aktif berusaha membagikan lembar pbaikan tsebut krn bila hanya mengumumkan d masjid dan gereja blum tentu masyarakat memahami arti penting dan dampak perbaikab data tersebut bagi mereka. Blum lg bagi warga y tinggal di daerah pinggiran y jauh dari masjid atau ketidakpahaman masyarakat y tdk pernah mengecap pendidikan ttg e-ktp.
Ini bkn cmn teori semata tp evaluasi dr kunjunganku k sebagian rmh warga.
Contoh lain misalnya bgm pns dijadikan status sosial y lebih tinggi dari y lain sehingga tak sedikit pns y merasa memiliki hak y lebih tinggi dr warga lainnya berkaitan dengan pelayanan di instansi pemerintah, penggunaan fasilitas umum dsb. Padahal semestinya adalah sebaliknya, pns memiliki kewajiban y lebih banyak dlm kaitannya dgn pelayanan masyarakat.

Kedua
Tak sedikit pns yang mempunyai rasa memiliki y tinggi terhadap inventaris dan anggaran kantor sampai2 menggunakannya untuk kebutuhan pribadi, bukan semata untuk kepentingan kantor. Ironisnya lagi, ini justru banyak dipraktekkan oleh para pemangku eselon alias pejabat pemerintahan yg notabene berkewajiban memberikan teladan. jd dapat dibayangkan apa y terjadi. Ibarat pepatah guru kencing berdiri murid kencing berlari. Bila pejabatnya dah demikian apalagi y pns biasa. Bukan rahasia lg bila ada beberapa oknum pns y menggunakan anggaran kntor untuk membiayai rumah tangganya seperti uang listrik, uang beras dll dan anehnya mereka ga terbebani dan menganggap itu sesuatu y wajar apalagi bila si oknum adalah pejabat. Miris bukan
Contoh lain adalah adanya oknum pns y terlibat dalam pemalsuan dokumen2 resmi yang menjadi wewenang tugasnya sehingga tak hanya menyulitkan negara tapi juga merugikan masyarakat.
Ato misalnya adanya oknum pns y menganggap sumbangan masyrakat sebagai haknya hanya krn masyarakat itu melakukan pengurusan yang berkaitan dgn tupoksinya.padahal semua anggaran y masuk k kantor itu baik berupa sumbangan masyarakat, yah mstinya di pakai untuk keperluan kntor.jangan karena itu berkaitan dg tupoksi yang diemban maka dan sumbangan alakadarnya y diberikan itu lalu dihitung sebagai uang tunjangan pribadi di luar gaji.hellooooooooo, toh qta sdh digaji untuk tupoksi rutin qta itu. Sungguh menyesakkan bukan

Hmmmm, sy cukupkan nyampahnya sampe di sini.kepala sy mulai berat lagi.efek obatnya mulai ilang n sblm sakitnya kian terasa ada baiknya sy coba tidur sekarang juga.

Moga niat belajar nulis rutin, mski dgn nyampah spt ini, bs sesuai target.amin

0 komentar:

Posting Komentar