Senin, 29 Februari 2016

#day 2 : Your earliest memory





                Topik pilihan hari ini menuntut saya untuk kembali ke fase awal kehidupan. Artinya saya harus mengingat pengalaman kurang lebih 34 Tahun yang lalu...Glup..!! 34 tahun  yang lalu !! (mamiiii,  ternyata anakmu beneran dah tua.HIKZ). Konon ceritanya, saya ini lahir prematur, 2 bulan lebih awal dari perkiraan. Tempat saya dilahirkan tak kalah istimewanya, di depan kamar mandi, rumah kontrakan mami papi waktu itu, soalnya mami ga nyangka mau lahiran, kiranya cuman mules mau BAB (alhamdulillah, untung lahirannya bukan di kloset ya Allah, HIKZ).
                 Setiap ketemu dengan teman lama mami papi, pasti mereka bilang... Masya allah masih hidup ya... hahaha becanda. Yang bener, masya allah dah besar yah, padahal dulu pas lahir macam botol minyak kayu putih aja tingginya (deg, ya iyalah tante... saya khan makluk hidup yang selain makan dan minum juga bertumbuh dan berkembang #manyun). Alm nenek saya juga pernah cerita, kalau dulu ga ada yang nyangka saya bisa bertahan hidup. “waktu lahir, sepertiki ayam kampung abis dikuliti nak (tragis bener perumpamaan yang kau pilih nek ). Bahkan Nenek bercerita kalau beliau sudah punya ide untuk menaruh saya di dalam tas untuk dibawa ke kampung halaman kalau-kalau saya beneran ga bertahan hidup, soalnya sopir angkot zaman itu  ga ada yang mau diminta bawa jenazah ( waktu itu kondisi keluarga kami emang masih susah jadi blom punya kendaraan pribadi). Dengan tak berdosa nenek saya bercerita, dulu pas 3 bulan awal sejak dilahirkan saya ga pernah dimandi air, cuman di baluri minyak trus diselimuti daun pisang dan sarung. ”takutki karena kecil sekali ki nak, pernah itu hampirki mati di duduki sama tante ta karena na sangka tumpukan sarung yang dilipat di atas ranjangki  ( bayangkan kalau saya beneran mati dilindas pantat tante saya prend, sungguh sebuah tragedi).
                Sekali pernah nenek saya bercerita dengan bangganya “ nak..untung itu papi ta insiyur, jadi bisa na buatkanki tempat tidur hangat seperti tempat tidur bayi yang dikaca di RS itu (namanya inkubator nenek). “jagonya mi itu papi, etta, dari apa nabuat ? Tanyaku waktu itu.  Nenek pun menjelaskan, “ papimu ngambil tudung saji makanan trus tengahnya dibuatkan lubang dan diberi lampu kecil. Tiap beberapa waktu di tutupiki pake itu tudung saji  biar hangat ( dalam Hati, kamaseeee ! coba kalian bayangkan, bayi mungil serupa ayam lepas kulit yang telah dilumuri minyak berlapis daun pisang ditaruh di bawah tudung saji berlampu kecil...apa ga macam ayam goreng di etalase saya waktu itu HIKZ). Tapi syukurlah saya tak ingat satu pun memori daun pisang yang penuh derita itu ( nassami masih bayi ki irnaaaa hahaha).
                Back to the topik, so apami pade memori pertama saya ? Hmmmm, bentar..... kalau berbicara tentang memori awal artinya cerita sewaktu saya masih tinggal di kontrakan papi mami di jl. Kelapa, Kota Sengkang, Kab. Wajo. Papi pernah bertugas di sana, so saya yang orang pinrang ini numpang lahir di sana. Lanjut >> Bercerita tentang pengalaman yang bisa saya ingat dan rasakan untuk  pertama kalinya mungkin berjalan kaki sambil pegang tangan papi melihat sapi di padang rumput dan minum susu segar. Rasa susu itu pun masih bisa saya ingat, hambar... cuman waktu saya konfirm ke papi soal kejadian itu. Beliau bilang, liat sapi ? susu segar ? dimana ? kapan ? di rumah pak mansur ? nha lho, kalau beliau saja nanya balik saya alias ga ingat, gimana saya tau itu beneran terjadi dan beneran menjadi ingatan pertama saya. Jangan-jangan hanya mimpi saya saja hahaha. Tapi rasanya beneran dech. Skip.
Memori terlama lainnya yang saya ingat dan rasakan setelah susu segar adalah diajak papi mami menikmati pemandangan kota sengkang di malam hari dari sebuah tempat bernama pesanggrahan yang letaknya di atas bukit.  Dari pesanggrahan ini, kita bisa lihat seluruh kota sengkang. Lampu rumah yang berkelap kelip, berpayung langit hitam dengan taburan bintang dan hembusan angin malam yang dingin tapi bikin hati hangat hehehe.begitu yang saya ingat. Btw tempat bernama pesanggrahan itu masih ada atau tidak yah ?
Memori lain di Jl. Kelapa yang lekat diingat adalah makan gado-gado di atas meja bareng kak ilo trus di foto sama papi. Ingatan saya lainnya itu  hunting negatif film ke tempat cuci cetak foto bareng papi untuk dijadikan mainan. Waktu itu yang punya toko ngasih negatif film sekeranjang full, kali ada sekitar 100an roll film hahaha.
Mungkin Itu saja yang saya ingat soal pengalaman di Jl. Kelapa yang bisa menjadi kandidat-kandidat my earliest memory. Yang mana beneran menjadi ingatan pertama saya, hanya TUHAN yang tahu.

0 komentar:

Posting Komentar