#day 2 : Your earliest memory
Topik pilihan hari ini menuntut saya untuk
kembali ke fase awal kehidupan. Artinya saya harus mengingat pengalaman kurang
lebih 34 Tahun yang lalu...Glup..!! 34 tahun yang lalu !! (mamiiii, ternyata anakmu beneran dah tua.HIKZ). Konon
ceritanya, saya ini lahir prematur, 2 bulan lebih awal dari perkiraan. Tempat saya
dilahirkan tak kalah istimewanya, di depan kamar mandi, rumah kontrakan mami
papi waktu itu, soalnya mami ga nyangka mau lahiran, kiranya cuman mules mau
BAB (alhamdulillah, untung lahirannya bukan di kloset ya Allah, HIKZ).
Setiap ketemu dengan teman lama mami papi,
pasti mereka bilang... Masya allah masih hidup ya... hahaha becanda. Yang bener,
masya allah dah besar yah, padahal dulu pas lahir macam botol minyak kayu putih
aja tingginya (deg, ya iyalah tante... saya khan makluk hidup yang selain makan
dan minum juga bertumbuh dan berkembang #manyun). Alm nenek saya juga pernah
cerita, kalau dulu ga ada yang nyangka saya bisa bertahan hidup. “waktu lahir, sepertiki
ayam kampung abis dikuliti nak (tragis bener perumpamaan yang kau pilih nek ). Bahkan
Nenek bercerita kalau beliau sudah punya ide untuk menaruh saya di dalam tas
untuk dibawa ke kampung halaman kalau-kalau saya beneran ga bertahan hidup,
soalnya sopir angkot zaman itu ga ada yang
mau diminta bawa jenazah ( waktu itu kondisi keluarga kami emang masih susah
jadi blom punya kendaraan pribadi). Dengan tak berdosa nenek saya bercerita, dulu
pas 3 bulan awal sejak dilahirkan saya ga pernah dimandi air, cuman di baluri
minyak trus diselimuti daun pisang dan sarung. ”takutki karena kecil sekali ki
nak, pernah itu hampirki mati di duduki sama tante ta karena na sangka tumpukan
sarung yang dilipat di atas ranjangki (
bayangkan kalau saya beneran mati dilindas pantat tante saya prend, sungguh
sebuah tragedi).
Sekali pernah nenek saya bercerita
dengan bangganya “ nak..untung itu papi ta insiyur, jadi bisa na buatkanki tempat
tidur hangat seperti tempat tidur bayi yang dikaca di RS itu (namanya inkubator
nenek). “jagonya mi itu papi, etta, dari apa nabuat ? Tanyaku waktu itu. Nenek pun menjelaskan, “ papimu ngambil tudung
saji makanan trus tengahnya dibuatkan lubang dan diberi lampu kecil. Tiap beberapa
waktu di tutupiki pake itu tudung saji biar hangat ( dalam Hati, kamaseeee ! coba
kalian bayangkan, bayi mungil serupa ayam lepas kulit yang telah dilumuri
minyak berlapis daun pisang ditaruh di bawah tudung saji berlampu kecil...apa
ga macam ayam goreng di etalase saya waktu itu HIKZ). Tapi syukurlah saya tak
ingat satu pun memori daun pisang yang penuh derita itu ( nassami masih bayi ki
irnaaaa hahaha).
Back to the topik, so apami pade
memori pertama saya ? Hmmmm, bentar..... kalau berbicara tentang memori awal
artinya cerita sewaktu saya masih tinggal di kontrakan papi mami di jl. Kelapa,
Kota Sengkang, Kab. Wajo. Papi pernah bertugas di sana, so saya yang orang
pinrang ini numpang lahir di sana. Lanjut >> Bercerita tentang pengalaman
yang bisa saya ingat dan rasakan untuk pertama kalinya mungkin berjalan kaki sambil
pegang tangan papi melihat sapi di padang rumput dan minum susu segar. Rasa
susu itu pun masih bisa saya ingat, hambar... cuman waktu saya konfirm ke papi
soal kejadian itu. Beliau bilang, liat sapi ? susu segar ? dimana ? kapan ? di
rumah pak mansur ? nha lho, kalau beliau saja nanya balik saya alias ga ingat,
gimana saya tau itu beneran terjadi dan beneran menjadi ingatan pertama saya. Jangan-jangan
hanya mimpi saya saja hahaha. Tapi rasanya beneran dech. Skip.
Memori
terlama lainnya yang saya ingat dan rasakan setelah susu segar adalah diajak
papi mami menikmati pemandangan kota sengkang di malam hari dari sebuah tempat
bernama pesanggrahan yang letaknya di atas bukit. Dari pesanggrahan ini, kita bisa lihat seluruh
kota sengkang. Lampu rumah yang berkelap kelip, berpayung langit hitam dengan
taburan bintang dan hembusan angin malam yang dingin tapi bikin hati hangat
hehehe.begitu yang saya ingat. Btw tempat bernama pesanggrahan itu masih ada
atau tidak yah ?
Memori
lain di Jl. Kelapa yang lekat diingat adalah makan gado-gado di atas meja
bareng kak ilo trus di foto sama papi. Ingatan saya lainnya itu hunting negatif film ke tempat cuci cetak
foto bareng papi untuk dijadikan mainan. Waktu itu yang punya toko ngasih
negatif film sekeranjang full, kali ada sekitar 100an roll film hahaha.
Mungkin Itu
saja yang saya ingat soal pengalaman di Jl. Kelapa yang bisa menjadi kandidat-kandidat
my earliest memory. Yang mana beneran menjadi ingatan pertama saya, hanya TUHAN
yang tahu.
Komentar
Posting Komentar