Tadi
siang, saat berjalan ke masjid untuk menunaikan shalat duhur, kak eti
bercerita bangga karena keponakannya yang berumur 6 tahun sudah bisa puasa
setengah hari. Menurut kak eti, sebenarnya ponakannya itu pengen
meneruskan sampe magrib, tapi bunda k'eti khawatir melihat kondisi
cucunya yang lemas jadinya si bunda memaksa ponakan k eti untuk berbuka
saat ashar tiba.
Saya pun balik bercerita ke k'eti kalo waktu umur 6
tahun sy juga dah belajar puasa penuh seharian. Saya tekankan
BELAJAR...!!! Jadinya karena alasan belajar itulah, tiap pulang
sekolah, yah sekitar jam 10 atau 11, sy memanjat pohon jambu depan
rumah lengkap dengan baju putih dan rok merah lipit untuk sekedar
menyantap sebiji dua biji jambu biji, sebagai bekal tambahan biar bisa
berpuasa hingga beduk magrib tiba.hehehe.... Apalagi di masa itu,
keluarga sy tinggal di kompleks perumahan. Dikalangan anak2 kompleks
seumuran sy, sanggup berpuasa sehari penuh itu jadi sebuah prestise.
Mottonya " puasa setengah hari ??? Pantang layauwww " hehehe...
Sy
masih ingat jelas bagaimana sy bersama teman sepermainan sy yah si
ikhlas, a.baba, jean, andy, dewy saling menyombongkan jumlah puasa penuh
yang kami tunaikan *kira2 kalo spirit puasanya begini, apa puasanya
mabrur yah hehehe
Pohon jambu, bagi sy bukan hanya lumbung bekal
untuk belajar berpuasa penuh tapi juga jadi tempat belajar dan bermain.
Sy dan teman2 sekompleks sering berebutan dahan untuk tempat duduk2
menikmati sapaan angin y sepoi sepoi sambil menyanyikan lagu2 lawas
masa2 itu semisal :
"Hey...jangan pipis sembarangan. Hey...itu
ganggu kesehatan...itu lihat...disana tempatnya, jangan malu...hey,
jangan pipis sembarangan "
Papi mami waktu itu menanam lima pohon
jambu biji bangkok dipekarangan depan rumahku. Jadi ukuran buahnya
besar2. Dari 5 pohon itu, 3 pohon memiliki daging buah berwarna putih
sedang 2 lainnya berwarna merah muda. 1 dari jambu biji berdaging merah
muda itu adalah pohon favoritku. Selain memiliki banyak dahan dengan
bentuk proporsional sbg tempat duduk, pohon jambu itu juga terletak
ditengah2 halaman, sejajar dengan teras. Jadinya, kl pulang sekolah,
tinggal taruh tas di teras dan hap hap hap hanya beberapa langkah saja
sy sudah tiba di bawah pohon jambu dan ga butuh waktu lama untuk
memanjati pohonnya. Jadi bisa aman dan cepat proses penambahan
energinya. Memperbesar Peluang terhindar dari temuan mata2 kawan
sekompleks y mengintai u/ ngecek apakah sepulang sekolah sy makan atau
tidak, apakah sy benar berpuasa penuh atau tidak hehehe
Ternyata
pindahan rumah dari sengkang ke pinrang tak memutuskan hubungan sy dan
pohon jambu. Segera setibanya di rumah baru di pinrang. Sy berjumpa
kembali dengan pohon jambu...hanya saja, sekarang pohon jambu itu bukan
lagi jambu bangkok yang ukuran buah nya besar pun tidak lagi berada di
pekarangan rumahku tp di pekarangan belakang rumah sebelah yang
dimanfaatkan sebagai kantor sementara instansi BP7. Jadinya, frekuensi
manjat pohon sy berkurang krn sy harus menunggu semua pegawai kntor itu
pulang lalu kemudian mencari dahan y tepat. Di pinrang, fungsi utama
pohon jambu bukan lagi sebagai lumbung makanan tapi lebih banyak sebagai
tempat berekspresi. Sy paling sering menghabiskan majalah boboo diatas
pohon, seperti kisah paman janggut maupun sepatu ballet. Sy juga
menjadikan pohon jambu sebagai spot favorit menghapal pelajaran sekolah
bila ujian menjelang. Sesekali sy bernyanyi n melamun di pohon itu,
meski suasananya sangat jauh berbeda dgn di sengkang. Di pinrang, sy tak
memiliki kawan akrab y banyak di sekitar rumah. Hanya kawan sekolah
yang sering ku ajak bermain atau sy yang berkunjung k rumah
mereka.maklum pemirsa, kiri kanan kantor semua.
Waktu pindah k
makassar untuk lanjut study di sma 5. Pohon jambu tetap mewarnai hidup
sy. Puank ari' yang tinggal di depan rumah sy juga memiliki pohon jambu.
Hanya saja pohon jambu itu lebih pendek. dahannya dan buahnya pun kecil
jadi ga cocok untuk dimanjati. Tapi ada syukurnya juga sih krn usia sy
dah tak memungkinkan untuk acara manjat pohon. Apa kata dunia, anak
gadis bergelantungan di pohon. Jadinya sy menikmati makan jambu dgn cara
memetik atau menjoloknya dgn bambu.
Selang beberapa lama, pohon
jambu p.ari ditebang. Tempat bekas pohon jambu menjelma menjadi garasi
mobil. الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّالْعَالَمِينَ di halaman rumahku, sebuah
pohon dengan tinggi selutut bertumbuh dan tak butuh waktu lama untuk
dikenali sebagai anak pohon jambu. Mungkin ia tumbuh dari biji jambu
yang kubuang sembarangan di pekarangan. Jadilah jambu biji tetap
mewarnai hidupku.tapi setelah jambu biji itu terpaksa di tebang. Karena
akarnya mulai merusak dinding got yang letaknya tak jauh dari pohon.
Tamat
kuliah, sy memutuskan pulang ke pinrang, setelah beberapa lama akhirnya
sy bersua lagi dengan pohon jambu. Mami menanam pohon jambu air dan
jambu biji di halaman. tapi tak seperti masa kecil dulu, pohon jambu itu
tak lagi menarik perhatianku. Pertama, karena
Buahnya kecil2 dan
dagingnya tak se-enak jambu biji bangkok. Kedua, alasannya sama dengan
waktu sy di makassar. Usia ga memungkinkan untuk panjat2 lagi. Sy hanya
mengunjungi pohon itu sesekali. Pada saat menyapu daun2nya yang
berjatuhan, memetik daunnya untuk obat diare atau hendak memetik daun
sirih yang tumbuh disekitar pohon jambu itu.
Karena hendak
dijadikan lokasi pembangunan ruko ayah bunda, pohon jambu biji itu
akhirnya di tebang 3 bulan lalu. Tapi lucunya, sebuah pohon jambu biji
setinggi pundakku kutemukan tumbuh liar di luar pagar samping rumahku,
saat hendak membuang sampah beberapa hari yang lalu.entah sejak kapan
pohon jambu itu ada disana
Kamis, 26 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar